Posted by mohamad awal lakadjo | Posted in Artikel Ilmiah | Posted on 21.49
Menguak Tabir Bimbingan Konseling
dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial
sebagai Upaya
Penyesuaian Diri Berbasis Lintas Budaya
Oleh
Mohamad Awal. Lakadjo
111 410 116
Abstark
Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial yang harus menguasai
keterampilan sosial untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungannya terlebih jika
berbeda budaya, dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dan metode penelitian studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan 1)
manusia sebagai makhluk individu dan sosial, 2) interaksi sosial, 3)
keterampilan sosial, 4) penyesuaian diri, 5) konsep dasar budaya, 6) budaya
lokal gorontalo, 7) tabir bimbingan konseling dalam mengembangkan keterampilan
sosial sebagai upaya penyesuaian diri. Bimbingan konseling menjadi salah satu
tumpuan agar individu khususnya remaja dapat mengambangkan keterampilan sosial
mereka sebagai upaya penyesuaian diri terhadap lingkungan yang berbeda latar
belakang budayanya.
Kata kunci : Bimbingan dan konseling,
keterampilan sosial, penyesuaian diri, budaya
A.
PENDAHULUAN
Di
zaman era modernisasi sekarang ini komunikasi bukan lagi hal yang sulit dilakukan
oleh setiap orang baik itu secara verbal maupun nonverbal telebih pada remaja, setiap
orang memiliki keterampilan untuk melakukannya dengan cara mereka sendiri,
namun manusia sebagai makhluk yang senantiasa bersosialisai dengan lingkungannya
di tuntut untuk terbuka, mentaati peraturan yang berlaku di lingkungan dan
harus memiliki keterampilan sosial agar dapat memenuhi kebutuhan. Hal ini akan
berdampak pada penyesuaian diri individu terhadap lingkungan, setiap individu akan
berbeda pola tingkah laku yang ditunjukkan hal ini didasarkan pada
perbedaan-perbedaan dari latar belakang keanekaragaman budaya tiap individu, dapat
terlihat dari aspek umur, kemampuan, status ekonomi, gaya belajar, keterampilan
belajar, letak geografis, pengaruh agama, dan bagaimana individu tersebut mampu
bersosialisasi dalam lingkungan dengan skala kecil (keluarga) maupun skala yang
lebih luas (masyarakat).
Enung
(2010:88) mengungkapkan manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan
dengan manusia lainnya dalam masyarakat. Sosialisasi pada dasarnya merupakan
proses penyesuaian diri terhadap kehidupan sosial, yaitu bagaimana seharusnya
seseorang hidup di dalam kelompoknya, baik dalam kelompok primer (keluarga)
maupun kelompok sekunder (masyarakat).
Penyesuaian
diri terhadap kehidupan bersosial sangat erat pula kaitannya dengan dunia
pendidikan, meskipun tidak semua individu yang mengenyam pendidikan dapat
menjamin bahwa mereka memiliki
keterampilan sosial yang berpengaruh positif terhadap penyesuaian diri, namun
ada juga individu memiliki keterampilan sosial karena sudah menjadi kebiasaan dalam
keluarga, diajarkan dalam keluarga. Pendidikan memiliki tiga unsur untuk
mengembangkan optimalisasi individu, yaitu (1) Administrasi Supervisi, (2)
Pembelajaran & Kurikulum, dan (3) Bimbingan Konseling (BK). Semuanya
memiliki tugas untuk mengembangkan berbagai aspek potensi pada siswa, BK lebih
fokus pada bimbingan siswa. Ketika BK ini kita tidak bicarakan dalam ruang
lingkup sekolah namun tetap memiliki fungsi yang tidak jauh beda dengan sekolah
khususnya untuk para remaja maka sangat penting BK dalam perkembangan remaja
seperti pada penguasaan keterampilan sosial sebagai upaya penyesuaian diri
remaja.
B.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan yakni pendekatan penelitian
yang dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian atau hipotesis secara deduktif dengan pendekatan kualitatif, menyusun
deskripsi berbentuk narasi, melalui pendekatan ini diharapkan diperoleh gambaran
secara rasional tentang keterampilan sosial individu dalam penyesuaian diri berbasis
lintas budaya dan keefektifan keterampilan sosial dalam penyesuaian diri
berbasis lintas budaya.
Metode penilitian yang digunakan adalah studi pustaka
dengan mencari referensi buku yang relevan dengan penelitian ini, mengumpulak
berbagai teori ahli, menganalisis dan membentuk definisi kembali bermakna yang
sesuai dengan teori ahli.
C.
HASIL PENELITIAN
1.
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Manusia merupakan makhluk hidup, yang dapat di
tinjau dari berbagai sudut tinjauan seperti manusia sebagai makhluk yang
berkembang, manusia sebagai makhluk yang dapat di-didik, manusia sebagai
makhluk individu dan sosial, manusia sebagai makhluk budaya, dan sebagainya.
Manusia merupakan makhluk individu dan sosial,
manusia senantiasa berinterksi dengan dirinya dan manusia juga senantiasa
berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Bimo (1999:21) menjelaskan bahwa
manusia sebagai makhluk individual, manusia mempunyai hubungan dengan hidupnya
sendiri, adanya dorongan untuk mengabdi kepada dirinya sendiri. Manusia sebagai
makhluk sosial, adanya hubungan manusia dengan sekitarnya, adanya dorongan pada
manusia untuk mengabdi kepada masyarakat. Jelaslah bahwa manusia ketika melakukan
tindakan akan lebih mementingkan pribadinya, namun manusia juga melakukan
tindakan akan dibatasi oleh kepentingan lingkungan masyarakat.
2.
Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah hubungan antara
individu satu dengan individu yang lain, individu dapat mempengaruhi individu
yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang saling timbal balik,
itulah yang diungkpkan Walgito (1999:57). Hubungan tersebut bisa antara sesama individu,
individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Secara lebih luas
individu membaur denagn lingkungan sekitarnya, atau sebaliknya seperti yang
diinginkan individu bersangkutan. Interaksi yang terlihat sederhana sebenarnya
bagian yang kompleks karena didalam interkasi, faktor psikologis juga ikut
ambil bagian seperti yang dikemukakan oleh Floyd Allport (lih. Baron dan Byrne,
1984) dalam (Walgito, 1999:58) yakni, perilaku dalam interaksi sosial
ditentukan oleh banyak faktor termasuk manusia lain yang ada disekitarnya
dengan perilakunya yang spesifik. Ketika individu atau kelompok dapat
berinterkasi dengan baik maka itu tidak akan pernah lepas dari peran
keterampilan sosial yang dimiliki.
3.
Keterampilan Sosial
Sebagai makhluk sosial individu harus mampu
mengatasi permasalahan yang nantinya akan timbul dari hasil interaksi sosial
dan mampu melakukan penyesuaian diri dengan aturan dan norma. Ditegaskan lagi
oleh Enung (2010:95) bahwa salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai
remaja yang berada pada fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah
social skill untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungan. Keterampilan sosial
meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain,
menghargai diri sendiri & orang lain, menerima perbedaan, menerima pendapat
& kritik, bersikap demokratis, dan yang tidak dapat dikesampingkan ialah
perilaku yang mengikuti norma serta dapat diterima dalam masyarakat.
Dengan
berbagai bentuk keterampilan sosial yang harus
dikuasai individu khususnya remaja maka dibutuhkan pembinaan pengembangan
pribadi yang lebih terarah dan efisien untuk berinterkasi di dunia luar
(lingkungan). Aspek psikososial yang ada pada remaja akan menentukan bagaimana
ia menyesuaikan diri didalam lingkungan.
4.
Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri individu terhadap lingkungan
tidak bisa terlepas dari tuntutan-tuntutan yang ditujukan padanya sebagai
makhluk sosial yang senantiasa berinterkasi dengan lingkungan, ketika individu
berperilaku dalam memenuhi kebutuhan dan dapat diterima lingkungan menandakan
bahwa dia berkompoten menyesuaikan diri dan mengalami keseimbangan hidup.
Sebagaimana yang dikemukakan Lazarus (dalam Sundari: 2005) “adjustment involves a reaction to demand
imposed upon him. Maka penyesuaian diri termasuk reaksi diri seseorang
karena adanya tuntutan yang dibebankan pada dirinya”. Carles Darwin yang
terkenal dengan teori evolusi juga mengatakan (dalam Enung, 2008:194) bahwa “genetic changes can improve the ability of
organisms to survive, reproduce, and in animals, raise offspring, the process
is called adaptation” artinya tingkah manusia dapat dipandang sebagai
reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup,
seperti cuaca dan berbagai unsur ilmiah lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri
adalah kemampuan individu dalam berperilaku karena tuntutan untuk pemenuhan
kebutuhan agar mendapat ketentraman dalam hubungan dengan lingkungan sekitar.
a.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri
memiliki dua aspek secara umum seperti yang dikemukakan oleh Enung dalam
bukunya Psikologi Perkembangan (Perkembangan
Peserta Didik). Dua aspek itu yakni, penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial
1) Penyesuaian pribadi
Penyesuaian
pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi terciptanya
hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya.
2) Penyesuaian sosial
Dalam
kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain yang
terus menerus dan silih berganti. Menandakan individidi dengan lingkunan saling
mempengaruhi dalam aspek psiko-sosial.
b.
Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri
ini dilakukan oleh individu atau kelompok khususnya remaja sepanjang kehidupan,
karena penyesuaian diri merupakan suatu proes penyesuaian yang terjadi
sepanjang kehidupan (lifelong process), untuk
dapat mewujudkan penyesuaian diri yang sempurna maka individu harus berusaha
mengatasi rintangan dan tantangan untuk
mencapai pribadi yang seimbang ketika berbaur dengan lingkungan.
c.
Penyesuaian Diri yang Berhasil
Penyesuaian diri
yang berhasil menurut Winarna Surachmad (Siti Sundari, 1986) dalam (Siti
Sundari, :
1)
Bilamana dengan
sempurna memenuhi kebutuhan, tanpa melebihkan yang satu dan mengurangi yang
lain.
2)
Bilamana tidak
menggangu manusia lain dalam memenuhi kebutuhan yang sejenisnya.
3)
Bilamana
bertanggungjawab terhadap masyarakat di mana ia berada (saling menolong secara
positif)
d.
Penyesuaian Diri yang Positif
Dalam kenyataanya
setiap orang memiliki kemampuan dalam penyesuaian diri, Enung (2010:195) adapun
karateristik penyesuaian positif di tandai hal-hal tersebut.
(a) Tidak menunjukkkan adanya ketegangan emosional
yang berlebihan
(b) Tidak menunjukkan adanya mekanisme pertahanan
yang salah
(c) Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi
(d) Memiliki pertimbangan yang rasional dalam
pengarahan diri
(e) Mampu belajar dari pengalaman
(f)
Bersikap
realistik dan objektif
Penyesuaian diri inilah hasil dari
keterampilan sosial yang positif, ketika individu khususnya remaja
memperhatikan dan memiliki keterampilan sosial maka penyesuaian dirinya akan
positif, dapat berhasil, dalam proses penyesuaian diri yang di maksud.
5.
Konsep Dasar Budaya
Budaya merupakan sebuah konsep yang cukup
sulit didefinisikan secara formal. Budaya adalah sekumpulan sikap, nilai,
keyakinan, dan perilaku yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang, yang dikomunikasikan dari satu generasi
ke generasi berikutnya lewat bahasa atau beberapa sarana komunikasi lain.
Barnouw (dalam Matsumoto, 2004:6). Budaya juga merupakan sebuah
konstruk individual-psikologis sekaligus konstruk sosial-makro David Matsumoto, 2004.
a.
Budaya di tinjau
dari individual-psikologis
Ada pun yang di maksud dengan budaya sebagai individual psikologis yaitu sejauh mana sekelompok orang mengadopsi dan terlihat dalam sikap, nilai, keyakinan dan perilaku yang telah disepakati dalamnya.
Ada pun yang di maksud dengan budaya sebagai individual psikologis yaitu sejauh mana sekelompok orang mengadopsi dan terlihat dalam sikap, nilai, keyakinan dan perilaku yang telah disepakati dalamnya.
b.
Budaya di tinjau
dari sosial makro
Yang di maksud dengan budaya sebagai sosial-makro sejauh mana sekelompok orang mengadopsi
dan terlihat dalam bahasa kesenian adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan yang telah disepakati bersama.
Yang di maksud dengan budaya sebagai sosial-makro sejauh mana sekelompok orang mengadopsi
dan terlihat dalam bahasa kesenian adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan yang telah disepakati bersama.
Budaya ini jika dipersempit maknanya untuk
individu maka aspek keanekaragaman tiap individu dapat terlihat dari aspek umur,
kemampuan, status ekonomi, gaya belajar, keterampilan belajar, letak geografis,
pengaruh agama dan lan-lain. Jika dipersempit untuk pribadi maka budaya dapat
berwujud diri seperti sikap, moral, emosi, motivasi, indra, bakat, tinggi berat
badan, postur tubuh dan kecerdasan.
Maka
budaya bukan hanya bersifat kebangsaan dan ras, namun kebiasaan individu dan aspek-aspek
dalam individu dapat tergolong budaya, terlebih pebedaan-perbedaan antara
individu dan keluarga dalam skala yang kecil.
6.
Budaya Lokal Gorontalo
Salah
satu contoh budaya yang ada di Indonesia adalah budaya Gorontalo, begitu banyak kebudayaan yang dimiliki oleh Gorontalo, mulai dari adat
istiadat, bahasa, dan sebagainya. Pernikahan adat Gorontalo pernikahan merupakan
salah satu keunikan tersendiri dan tentu saja memiliki ciri khas tersendiri di
Gorontalo. Hampir semua penduduk Provinsi Gorontalo seluruhnya memeluk agama
Islam, sehingga turut mempengaruhi budaya yang ada di Provinsi ini, dan sudah
tentu adat istiadatnya yang ada di Goronltalo juga sangat menjunjung tinggi
kaidah-kaidah ajaran agama Islam. Di Gorontalo ada semboyan yang selalu
dipegang oleh masyarakat setempat yaitu, "Adati hula hula Sareati–sareati hula
hula to Kitabullah". Artinya Adat Bersendikan Syara, Syara Bersendikan
Kitabullah. Pengaruh agama Islam sudah menjadi hukum tidak tertulis di kota yang berlabelkan Serambi Madinah
sehingga hampir segala kehidupan masyarakat yang ada di Gorontalo mengandung
nilai nilai Islam.
Termasuk di
antaranya adalah dalam hal pernikahan. Adat pernikahan yang ada di Gorontalo
yang sangat bernuansa Islami. Upacara prosesi pernikahan dilaksanakan menurut
upacara adat yang sesuai tahapan atau Lenggota Lo Nikah. Tahapan yang pertama
biasa disebut dengan Mopoloduwo Rahasia, yaitu dimana orang tua dari pria
mendatangi kediaman orang tua sang wanita untuk memperoleh restu pernikahan
anak mereka. Apabila masing-masing orang tua menyetujui, maka baru ditentukan
waktu untuk melangsungkan peminangan atau Tolobalango.
Contoh adat
penikahan sangat erat kaitannya dengan budaya, namun ditekankan pada budaya
keluarga yakni dimana orang tua dari pria mendatangi kediaman orang tua sang
wanita untuk memperoleh restu pernikahan anak mereka, jika keluarga pria memiliki
keterampilan sosial yang baik maka bisa dipastikan proses memperoleh restu
pernikahan akan direstui dari pihak perempuan karena terampil dalam
berkomunikasi dan menjaga batasan-batasan dalam berkomunikasi terlebih dalam
proses mopoloduwo rahasia hingga tolobalango. Bahkan ketika dua keluarga ini
sudah menjadi satu keluarga yang utuh dalam satu atap, maka keterampilan sosial
harus terus dijaga untuk penyesuaian diri dalam keluarga, meskipun tidak secara
otomatis berbagai konflik kelurga akan hilang, namun paling tidak akan ada
titik peminimalisir konflik dalam keluraga dengan menguasai keterampilan
sosial.
7.
Tabir Bimbingan Konseling dalam Keterampilan
Sosial sebagai Upaya Penyesuaian Diri
a.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan ialah suatu proses, yang berkesinambungan,
bukan kegiatan yang seketika atau
kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan
berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan, begitu yang dipaparkan oleh
(Yusuf & Nurihsan, 2006:6). Sedangkan Sunaryo Kartadinata dalam (Yusuf
& Nurihsan, 2006:6) mengartikan bahwa proses membantu individu untuk
mencapai perkembangan optimal. Sehingga bimbingan dapat diartikan sebagai tahap
kegiatan yang sistemaia dan terencana demi membantu individu mencapai
perkembangan optimal.
Sedangkan konseling ialah semua bentuk
hubungan antara dua orang, di mana yang seseorang, yaitu klien di bantu untuk
lebih mampu menyesuaiakn diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan
lingkungannya, itulah definisi yang dikemukakan oleh Robinson (M. Surya dan
Rochman N., 1986: 25) dalam (Yusuf & Nurihsan, 2006:7). Tidak jauh berbeda
dengan pendapat ASCA (American School
Counselor Association) yakni, konseling adalah hubungan tatap muka yang
bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari
konselor dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi
masalah-masalahnya. Dapat disimpulkan bahwa konseling hubungan dua orang yang
satu klien dan satu lagi konselor (profesional), klien di bantu dalam mengatasi
masalah secara rahasia untuk menyesuaiakn diri dengan lingkungan.
Bimbingan Konseling (BK) dalam perkembangan
remaja seperti pada penguasaan keterampilan sosial sebagai upaya penyesuaian
diri remaja sangatlah penting, mengingat pergaulan masa remaja sudah lebih
meluas dengan adanya pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial, jika dalam
interaksi sosial remaja tidak dapat menguasai keterampilan sosial maka
penyesuaian diri positif dan berhasil yang diharapkan oleh lingkungan tidak
akan muncul pada individu tersebut.
Jika adanya BK maka hal ini dapat diselesaikan
dengan BK sosial, dapat diberikan pemahaman tentang bagaimana berperilaku
sosial yang efektif dengan menghargai orang lain, memiliki budi pekerti luhur,
bertanggunngjawab sebagai anggota masyarakat.
Bimbingan konseling sosial, yakni membantu
individu mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi
pekerti luhur, tanggungjawab kemasayarakatan dan kenegaraan (Dewa, 2002:39). Bimbingan
konseling sangat penting bagi perkembangan sosial individu karena dapat membantu
masalah-masalah psikologis, membina hubungan kemanusiaan dengan sesama
diberbagai lingkungan.
b.
Tujuan Bimbingan Konseling Sosial
Adapun yang
menjadi tujuan BK dalam bidang pribadi-sosial dalam penyesuaian diri individu,
yakni :
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalakan
nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalm
kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat
kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat
beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya
masing-masing.
3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang
bersifat fluktuatif antara yang menenangkan dan yang tidak menyenangkan, serta
mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara
objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan,
baik fisik maupun psikis.
5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap
diri sendiri dan orang lain.
6) Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara
sehat.
7) Bersikap respek terhadap orang lain,
menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga
dirinya.
8) Memiliki rasa tanggungjawab, yang diwujudkan
dalam bentuk komitmen terhadap tugas atu kewajibannya.
9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan
dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, silaturrahim dengan sesama
manusia.
10) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik
(masalah) bik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
11) Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
secara efektif.
Kesebelas poin tersebut
yang dikemukakan oleh (Yusuf & Nurihsan, 2006: 14). Dari beberapa poin di
atas, sangat erat kaitannya dengan
bagaimana cara individu untuk memiliki keterampilan sosial sebagai upaya
penyesuaian diri terhadap lingkungannya, terlebih jika lingkungannya memiliki
kebiasaan atau budaya-budaya tertentu baik dari keluarga maupun secara
individu-psikologis. BK menjadi salah satu tumpuan agar individu khususnya
remaja dapat mengambangkan keterampilan sosial mereka sebagai upaya penyesuaian
diri terhadap lingkungan yang berbeda latar belakang budayanya.
D.
Penutup
Di zaman era modernisasi manusia sebagai
makhluk yang senantiasa bersosialisai dengan lingkungannya di tuntut untuk
terbuka, mentaati peraturan yang berlaku di lingkungan dan harus memiliki keterampilan
sosial agar dapat memenuhi kebutuhan, hal ini akan berdampak pada penyesuaian
diri individu terhadap lingkungan, setiap individu akan berbeda pola tingkah
laku yang ditunjukkan hal ini didasarkan pada perbedaan-perbedaan dari latar
belakang keanekaragaman budaya tiap individu, dapat terlihat dari aspek umur,
kemampuan, status ekonomi, gaya belajar, keterampilan belajar, letak geografis,
pengaruh agama, dan bagaimana individu tersebut mampu bersosialisasi dalam
lingkungan dengan skala kecil (keluarga) maupun skala yang lebih luas
(masyarakat).
Hasil dari kajian ini akan membantu individu
khususnya remaja untuk dapat memiliki keterampilan sosial sebagai upaya
penyesuaian diri berbasis lintas budaya.
Bimbingan konseling sangat efektif dalam membantu
perkembangan remaja seperti pada penguasaan keterampilan sosial sebagai upaya
penyesuaian diri remaja, mengingat pergaulan masa remaja sudah lebih meluas
dengan adanya pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial, jika dalam interaksi
sosial remaja tidak dapat menguasai keterampilan sosial maka penyesuaian diri
positif dan berhasil yang diharapkan oleh lingkungan tidak akan muncul pada
individu tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Budaya
Gorontalo Seni Kebudayaan Tradisional Daerah Gorontalo (http://indonesia-liek.blogspot.com/2011/04/budaya-gorontalo-seni-kebudayaan.html) [online] Di akses 22 April 2012
Fatimah, Enung
(2010). Psikologi Perkembangan
(Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka Setia
Ketut Sukardi,
Dewa. (2002). Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta
Matsumoto, David.
(2004). Pengantar Psikologi Lintas Budaya.
Yoakarta: Pustaka Belajar
Sundari, Siti
(2005). Kesehatan Mental dalam Kehidupan.
Jakarta: Rineka Cipta
Walgito, Bimo.
(1999). Psikologi Sosial Suatu Pengantar.
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta
Yusuf L.N, Syamsu
& Juntika Nurihsan. (2006). Landasan
Bimbingan & Konseling. Bandung: Program Pascasarjana Uniersitas Negeri
Pendidikan Indonesia dengan PT. Remaja Rosdakarya
Comments (0)
Posting Komentar