SELAMAT DATANG DI WAJAH KONSELING KREATIF

Prokrastinasi Mahasiswa

0

Posted by mohamad awal lakadjo | Posted in | Posted on 14.55


LAPORAN
UJIAN AKHIR SEMESTER
Diajukan untuk pemenuhan ujian mata kuliah Praktikum Pemahaman Individu Teknik Nontes
Di tujukan kepada dosen pengampu : Aam Imaddudin, M.Pd
oleh
Mohamad Awal. Lakadjo_111410116_5B_Soal No 10

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
2013





Berdasarkan hasil pengolahan data dengan jumlah responden 100 orang mahasiswa dan 72 item pernyataan baik secara kelompok maupun individu, ada ketidakvalidan pada pernyataan-pernyataan yang dihimpun, dan beberapa pernyataan tersebut dibuang antara lain pada indikator persepsi diri, pendekatan tugas yang buruk, kurangnya ketegasan, dan sulit bekerja sama dengan orang lain, yang semua itu terletak pada aspek faktor penyebab, selanjutnya ada satu indikator pada aspek area prokrastinasi kelompok yakni tugas mengarang yang di buang, dan beberapa pernyataan pada indikator kinerja akademik, sedangkan pada aspek pengalihan kapasitas beberapa pernyatan yang dibuang antara lain pada indikator menunggu waktu yang tepat untuk belajar, dan berhenti belajar karena merasa tidak sehat.
Maka dari itu di bawah ini akan dijelaskan tentang profil Prokrastinasi Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (PM-UNG) baik data secara kelompok dan individu.
Grafik 1
Prokrastinasi Mahasiswa berdasrkan Aspek-aspeknya
(Data Kelompok)

Grafik di atas dapat terlihat prokrastinasi mahasiswa berdasarkan aspek-aspek prokrastinasi, pada aspek faktor penyebab prokrastinasi mahasiswa mencapai 60,915 % yang ditandai dengan (1) kecemasan; (2) persepsi diri; (3) mencari kesenangan; (4) ketidakaturan waktu; (5) ketidaksesuaian dengan lingkungan sekitar; (6) pendekatan tugas yang buruk; (7) kurangnya ketegasan; dan (8) sulit bekerjasama dengan orang lain; serta (9) stres dan keletihan. Selanjutnya pada aspek area prokrastinasi mencapai 63,422 % yang ditandai (1) belajar menghadapi ujian; (2) membaca; (3) kinerja akademik. Selanjutnya untuk aspek yang terakhir yaitu pengalihan kapasitas mencapai 62,164 % yang ditandai dengan (1) melamun; (2) tidak berkonsentrasi; (3) berfikir masih ada waktu yang lain; (4) mengerjakan tugas jika perasaan dalam keadaan senang; (5) menunggu waktu yang tepat untuk belajar; (6) merencanakan belajar kemudian tidak belajar; (7) berhenti belajar karena merasa tidak sehat; (8) menyerah ketika ada hambatan dalam belajar; (9) mengalhkan diri dari tugas; (10) menghabiskan banyak waktu untuk melakukan hal lain selain belajar; (11) dan penik ketika belajar.
Agar dapat mudah dipahami, Prokrastinasi Mahasiswa UNG bisa terlihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Prokrastinasi Mahasiswa berdasrkan Aspek-aspeknya
(Data Kelompok)

NO
ASPEK
PERSENTASE (%)
1
Faktor Penyebab
60,915
2
Area Prokrastinasi
63,422
3
Pengalihan Kapasitas
62,164



Selanjutnya pada data individu yang mengalami prokrastinasi berdasarkan jumlah responden yang dikelompokkan dalam empat level, dapat terlihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 2
Prokrastinasi Mahasiswa berdasrkan Level-levelnya
                                                     (Data Individu)                                                    
Pada grafik 2 di atas bisa terlihat sekian orang yang mengalami prokrastinasi, pada level sangat tingi berjumlah 5 orang mahasiswa yang merupakan tipe individu yang senantiasa melakukan prokrastinasi dari waktu ke waktu, atau melakukan prokrastinasi setiap harinya, selanjutnya pada level tinggi berjumlah 45 orang mahasiswa yang merupakan tipe kronis karena prokrastinasi yang dilakukan sudah menjadi gaya hidup, prokrastinasi yang dilakukan menyebar di semua area kehidupannya, tidak jauh berbeda dengan level sedang yang berjumlah 36 orang mahasiswa yang merupakan termasuk pada individu yang berada pada bayang-bayang tekanan untuk mencapai kesuksesan, selalu dibelenggu dengan perasaan takut gagal sehingga melakukan prokrastinasi, sedangkan level yang terakhir yakni level rendah berjumlah 12 orang mahasiswa merupakan individu yang bersifat apatis, cuek dengan berbagai tugas yang sedang atau yang harus dilakukan, merasa bisa melakukan di lain waktu dan kecenderungan melakukan sesuatu yang lebih menyenangkan dan masuk akal untuk dilakukan.
Agar dapat mudah dipahami, jumlah mahasiswa yang mengalami Prokrastinasi Mahasiswa UNG bisa terlihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2
Prokrastinasi Mahasiswa berdasrkan Level-levelnya
(DataIndividu)

NO
LEVEL
JUMLAH (f)
1
Sangat Tinggi (ST)
5
2
Tinggi (T)
45
3
Sedang (S)
36
4
Rendah (R)
12


Bimbingan dan Konseling Anak Berbakat Kreatif

2

Posted by mohamad awal lakadjo | Posted in | Posted on 23.29


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Indonesia dengan begitu banyaknya penduduk yang tersebar di seluruh wilayah tentu memiliki individu-individu yang berbakat, dan itu merupakan aset sanagat berharga bagi bangsa dan negara ini. Anak berbakat (gifted child) perlu mendapatkan pendidikan untuk mengembangkan potensi kecerdasan dan bakat secara optimal. (Farhah, 2012:1).
Pelayanan bimbinggan merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan sekolah dan telah dilaksanakan sejak kurikulum 1975. Menurut Miller (dalam Munandar,2009), bimbingan  adalah proses untuk membantu individu memperoleh pengertian  tentang  diri sendiri  dan pengarahan  diri yang  perlu  untuk penyesuaian diri yang maksimal di sekolah , rumah , dan masyarakat. Senada dengan ini Munandar juga menjelaskan (Colangelo dan Zaffrann: 1979) menyatakan bahwa tujuan dari konseling  ialah  untuk membantu  semua individu  menyesuaikan diri dan tumbuh di dalam  lingkungan  menuju perkembangan diri yang maksimal. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 yakni :
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Lebih lanjut pada pasal 5 ayat 4 “Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Tidak hanya sampai di situ namun dalam UU No. 22 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 “setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Berangkat dari pernyataan-pernyataan di atas, bahawa bimbingan dan konseling merupakan salah satu unsur terpenting guna mewujudkan pendidikan yang diharapkan bangsa, terlebih jika memanfaatkan berbagai potensi peserta didik untuk dikembangkan secara optimal.
Namun dalam pembahasan tulisan ini lebih memfokuskan pada anak berbakat kreatif. Anak berbakat kreatif juga perlu mendapatkan pelayanan khusus bukan hanya siswa-siswa bermasalah saja yang perlu diperhatikan namun seluruh peserta didik dan yang utamanya juga mereka yang memiliki bakat kreatif, agar bakat kreatif mereka menjadi terasah, punya keterampilan sebagai modal dalam kehidupan yang akan dijalani dalam kehidupannya.

1.2         Rumusan Masalah
Dari uraian pada latarbelakang terdapat beberapa poin yang menajdi asalah pokok dalam pembahasan yang nanti akan diuraikan, yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling anak berbakat ?
2.      Bagaimana bentuk dukungan lingkungan untuk anak berbakat ?
3.      Bagaimana fungsi  umum dari program konseling anak berbakat ?
4.      Peranan konselor dalam mengembangkan potensi anak berbakat

1.3         Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini, antara lain:
1.    Untuk mengetahui bagaimana bimbingan dan konseling bagi anak berbakat.
2.    Untuk mengetahui dukungan lingkungan bagi anak berbakat.
3.    Untuk mengetahui fungsi umum dari program konseling.
4.    Untuk memahami peranan konselor dalam mengembangkan potensi anak berbakat.

1.4         Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini, antara lain:
1.    Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan ilmiah terhadap pengembangan bimbingan dan konseling, khusunya masalah bimbingan dan konseling anak berbakat.
2.    Manfaat praktis
Bagi rekan-rekan mahasiswa, mengetahui dan menambah wawasan dalam bimbingan dan konseling bagi anak berbakat, mengetahui bentuk dukungan lingkungan bagi anak berbakat, mengetahui fungsi umum dari program konseling, dan memahami peranan konselor dalam mengembangkan potnsi anak berbakat.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Bimbingan dan Konseling Anak Berbakat Kreatif
2.1.1        Definisi Bimbingan
Dalam konteks perkembangan anak, bimbingan yaitu sebagai “suatu upaya mengoptimalkan perkembangan anak (usia 6-13 tahun) melalui penyediaan perlakuan dan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak serta pengembangan berbagai kemampuan dan keterampilan hidup yang diperlukan anak”. (Suryana & Suryadi, 2012).
Bimbingan sebagai pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengdakan penyesuaian diri terhadap hidup. (Winkel dalam Hardiyanti, 2012: 42).
Bimbingan ialah proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. (Surya dalam Hardiyanti, 2012: 43).
Sehingga dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa bimbingan adalah pemberian bantuan untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara berkesinambungan dan sistematis agar tercapai kemandirian guna mengarahkan diri terhadap lingkungannya.
2.1.2        Definisi Konseling
Menurut Shetzer & Stone (dalam Susilawati, 2012) mengartikan bahwa konseling sebagai “counseling is an interaction process which facilitates meaningful understanding of self and environment and result in the establisment and/or clarification of goals and values of future behavior”.
Konseling menurut American School Assosiation (ASCA) (dalam Annisah Jamlah, 2012) merupakan hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor (guru BK) kepada siswa, dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk membantu sisa mengatasi masalah-masalahnya.
2.1.3        Definisi Anak
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2002, Anak adalah seseorang yang berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Namun anak diartikan sebagai suatu individu yang terangkum dalam keluarga dan perlu pembinaan dari keluarga dan linkungan masyarakat sekitar.

2.1.4        Definisi Bakat
Munandar menjelaskan bahwa bakat ialah sebagai kemampuan bawaan sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potensial ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Maka yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus (Setriani, 2012: 26).
2.1.5        Definisi Kreatif
Kreatif atau sering juga dikenal dengan kretivitas adalah membuat sesuatu baru atau memodifikasi apa yang sudah ada, disisi lain kreativitas ini sebenarnya bukan harus menciptakan hal yang baru namun bisa jadi gabungan yang sudah ada sebelumnya. Munandar (dalam Smith) mengungkapkan bahwa “kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibelitas), dan orisinalitas dalm berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.
Bimbingan Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematik yang dilakukan dalam susasana hubungan tatap muka antara seseorang ahli dalam bidang bimbingan konseling dengan konseli (siswa) agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, pengarahan diri, penerimaan diri dan mengaktualisasikan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Namun yang berkembanng saat ini yakni bimbingan dan konseling perkembangan. Bimbingan dan konseling perkembangan bagi peserta didik adalah upaya pemberian bantuan kepada peserta yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami dirinya sehingga sanggup bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan, keluaga  dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.
Menurut Gysbers & handerson (Imaddudin) mengemukakan bahawa program bimbingan dan konseling perkembangan disajikan secara reguler dan sistematis shingga memungkinkan siswa memiliki kompetensi yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembanganannya.
Adapaun bimbingan dan konseling anak berbakat secara sederhana dapat diartikan sebagai proses bantuan secara reguler dan sistematis yang diperuntukkan khusus kepada anak-anak berbakat kreaatif guna mengembangkan potensi keterampilan mereka untuk menciptakan atau menggabungkan hal-hal baru secara optimal.
Ada tiga indikator yang bisa dijadikan dasar untuk menentukan seorang ank berbakat atau tidak yang diungkapkan oleh (Setriani 2012). yaitu:
1.      Terlalu cepat dewasa (precocious). Mereka dapat mengatasi pelajaran lebih dahulu dan lebih cepat daripada teman-temannya.
2.      Maju sesuai dengan iramanya sendri. Mereka dapat melakukan penemuan-penemuan sendiri dan seringkali dapat mencari penyelesaian suatu masalah secara naluriah tanpa harus melalui sederatan langkah-langkah linear.
3.      Didorong oleh suatu keinginan yang sangat kuat dalam bidang atau domain di mana mereka mempunyai kemampuan yang tinggi dan mereka dapat dengan mudah memfokuskan diri secara intens dalam domain tersebut sehingga kehilangan kesadaran terhadap dunia luar.
2.2         Dukungan Lingkungan
Lingkungan sekitarnya harus memberikan dukungan-dukungan guna pengembangan bakat kreativitasnya, di antara lain
1.      Fleksibelitas dalam kesempatan
Karena anak kreatif lebih suka belajar sendiri, dan mungkin belajarnya berbeda dari siswa yang lain, perlu diupayakan fleksibelitas dalam memberi kesempatan yang menuju pengarahan diri secara bertanggungjawab.
2.      Contoh yang positif
Anak yang berbakat kreatif mencari-cari model yang tepat bagi dirinya sehingga konseor harus dapat mempertimbangkan seorang mentor sebagai model yang sesuai dengan minat khusus anak.
3.      Bimbingan dan dukungan
Lingkungan harus senantiasa responsif terhadap prestasi-prestasi mereka, namun pujian yang diberikan jangan sampai berlebihan. Pujian akan karya yang berkualitas dan kritikan konstruktif mendukung perkembangan kreatifitas dan kepercayaan dirinya.
4.      Rasa humor
Rasa humor anak berbakat sering mengakibatkan masalah disiplin dalam lingkungan tanpa humor, humor sebagai bakat dapat disalurkan dalam bentuk lisan maupun tulisan, drama dan karya seni.
5.      Empati
Bagi konselor sangatlah penting untuk memnerikan perhatian khusus bagi masalah anak berbakat kreatif. Setiap anak membutuhkan perhatian dari lingkungannya baik dilingkungan rumah (keluarga), sekolah ataupun masyarakat. Di sekolah siswa membutuhkan dukungan dalam pengembangan talentanya. Anamun untuk anak kreatif lebih memerlukannya karena kebutuhan khas yang menuntut keekaan konselor.

2.3         Kebutuhan & Masalah Anak Berbakat Kreatif
Anak berbakat kreatif memiliki imajinasi yang kuat, pemikiran yang orisinial, kemandirian, dan minat yang luas dapat melibatkan diri dengan lingkungan dan dapat menjadikan mereka sesuatu yang menarik. Di lain pihak kemampuan mereka bertanya, bersikap kritis, bosan dengan tugas rutin, dan kemampuan mereka untuk melihat dari sudut tinjau yang lain, dapat mengakibatkan mereka terlibat ketegangan dan ketidaknyamanan dalam hubungan dengan orang dewasa, atau teman sebaya, sehingga mereka perlu di bantu dalam menjaln hubungan sosial yang efektif baik di rumah, di sekolah, serta mengembangkan, mengungkapkan, dan mewujudkan potensi kreatif mereka yang bermakna.

2.4         Fungsi Umum dari Program Bimbingan dan Konseling
Pada pembahasan sub pokok bahasan ini diadaptasi dari buku Utami Munandar (2009).
Dalam melakukan konseling yang merupakan bagian penting dari pengalaman pendidikan semua orang, konselor menggunakan tiga proses dasar: counseling, consulting dan coordinating
Masalahnya ialah bagaimana  konselor dapat melayani kebutuhan  anak berbakat kreatif melalui program konseling yang regular. Bagaimana konselor dapat menananggapi kebutuhan unik dari individu  melalui  program komprehensif yang  disusun dengan baik.
Pertama-tama yang penting bagi konselor  ialah kepekaan terhadap  setiap kekuatan , baik eksternal maupun internal, yang  dapat menghambat  atau membatasi perkembagan potensi  individu. Konselor hendaknya peka terhadap  perbedaan individual dari pribadi-pribadi kreatif.
Kedua, karena konselor  bertanggung jawab untuk menangapi baik perubah internal maupun eksternal, perlu  ada keragaman pelayanan. Misalnya  seorang konselor memberi konseling kepada siswa yang kreatif untuk menghilangkan  kendala internal seperti  perasaan  bahwa dirinya  berbeda; pada saat  yang sama  konselor berunding  dengan guru bagaimana  menghilangkan  atau mengurangi   kendala  eksternal, seperti  perasan  lingkungan  kelas  yang menghambat  kekebasan  siswa. Meskipun  jenis pelayana  beragam, tetapi tidak boleh  bertentengan, karena  semua mempunyai dasar falsafah  yang sama, yaitu  memnbantu sesorang apakah  secara langsung atau tidak langsung.
Ketiga, pemberian konseling hendaknya  bersifat mengembangkan  dan proaktif dari pada remedial  dan kreatif. Konseling  yang bersifat  mengembangkan , dirancang untuk meningkatkan potensi fungsional dan perkembangan dari individu  yang sehat. Konselor perkembagan berpusat  pada  kebutuhan  anak yang berubah  dari normal  dari pada memberi  intervensi  krisis atau penyembuhan. Konselor memprakarasi kegiatan  dari pada  member intervensi  jabatan  yang  terjadi .Misalnya konselor dapat memprakarsai pelatihan dalam jabatan  yang membantu meningkatkan  kesadaran  guru tentang  kemungkinggan  bahwa siswa  berbakat kreakif menjadi bosan  degan  kegiatan  kelas  yang rutin. Dengan  demikian guru  dapat  mengantisipasi  dari pada menunggu  timbulnya masalah.
Karena peran konselor  pada umumnya  meliputi  konseling, pemberian  konsultasi, dan koordinasi , masing- masing akan dibahas berikut.
1.    Konseling merupakan pelayanan  dasar untuk membantu orang dengan kecil, karena konseling  merupakan  pendekatan  untuk membnatu anak berkembang  dan berubah, proses ini  member banyak  kesempatan bagi anak kreatif  mengenal  dan menerima  diri sendiri . tujuan  konseling pada umumnya  ialah perkembagan  konsep diri yang positif , memaksimalkan potensi , dan memperoleh  pemahaman diri.ketiga tujuan konseling  ini sangat berguna  bagi siswa  kreatif. Konselor dapat membantu  siswa  membuat tujuan  ini lebih  spesifik, misalnaya, seorang  siswa inggin mengungkapkan  suatu pandanagan  yang tidak  popular  tanpa   perlu  merasa  tidak enak. Sebagaimana  telah  dikemukakan konselor  dapat menghadapi  siswa perorangan  atau dalam  kelompok  kecil. Konseling  dalam  menghaapi  siswa peroranagn  atau dalam kelompok kecil.konseling  dalam kelompok kecil  bermakna  dalam  member  kesempatan  kepada  siswa untuk saling  berinteraksi dan tumbuh  secara pribadi  dan social
2.    Consulting  atau berunding  dan memberi  nasihat  merupakan cara  berkomunikasi dan bekerja  dengan  orang-orang  yang penting  dalam kehidupan  siswa.Cara intervensi ini membantu siswa kreatif. Konselor dapat berunding  dengan guru dan orang tua  untuk  lebih  memhami  kebutuhan  dan potensi  anak berbakat  kreakif. Makin muda seorang anak , makin penting  pelayanan ini  karena pengaruh lingkungan  terhaap anak  dank arena  ketidak mampuan  anak untuk mengubah  lingkungan.
Consulting mendapat  prioritas tinggi dalam  pelayanan  penyeluruhan  karena  keeftivitasanyanya secara potensial. Bidang  konsultasi  yang tidak  langsuns  tetapi penting  ialah mengenai  iklim  sekolah . melalui  kerja sama dengan  personilia sekolah, konselor  dapat  mempengaruhi iklim sekolah , konselor  yang mempengaruhi   yang  iklim sekolah  yang menunjang  perkembangan kreativitas . mereka  dapat membantu  mengupayakan lingkungan  yang sesuai  untuk gaya belajar  unik tingakt prestasi  siswa kreatif.Konselor dapat bekerja  dengan  banyak  kelompok,  termasuk  masyarakat  untuk meningkatakn  kesadaran  tentang pentingnya  kreativitas  dipupuk  sejak dini dan memperoleh  dukungan  untuk  program  bagi anak berbakat  kreakif; atau konselor dapat berunding dengan  guru tentang penggunaan  kegiatan bimbingan yang mendorong hubungan  antar-teman sebaya yang baik, dengan mengajar penerima diri dan penerima orang lain.
3.        Koordinasi juga merupakn  fungsi  penting dari konselor. Fungsi ini sering merupakan pelayanan  tidak langsung tetapi  yang dapat  meningkatkan  ksempata  bagi individu  untuk  belajar  dan tumbuh , dan  pasti mempunyai  potensi  untuk mempengaruhi  banyak orang. Konselor  sering  diminta  untuk  mengkoordinasi, antara  lain perencanan  tujua  dan sasaran  program  bimbingan  menguji program, cacatan  prestasi siswa, kegiatan dan matemungkin melakukan  semua  kegiatan ini, tetpi ia dapat memperbaiki  kondisi  dan member  pelayanan yang  lebih luas kepada lebih banyak  orang.

2.5         Konseling  Anak Berbakat Kreatif
Setelah meninjau tiga bidang fungsi  umum seorang  konselor, yaitu konseling, konsultasi dan koordinasi, sekarang  lebih khusus  akan dibahas peranan  konseling  anak berbakat. Telah dikemukakan beberapa  cirri anak  berbakat  yang dapat menimbulkan masalah dalam berbgai bidang. Silverman dalam (Munandar, 2009) mencatat beberapa dari masalah ini berikut:
1.      Ketidakjelaskan mengenai arti keberbakatnan
2.      Perasaan dirinya berbeda
3.      Perasaan  dirinya  tidak mampu
4.      Kritik terhadap diri sendiri
5.      Peningkatan tingkat lonflik  dari dalam
6.      Kurang pemahaman  dari orang lain
7.      Harapan yang tidak realistis dari orang lain
8.      Rasa permusuhan dari orang lain.
Ciri-ciri afektif ini dan masalah yang berkaitan memerlukan program  konseling  yang kuat  disekolah. Setiap  intervensi bertitik  tolak  dari karakteristik dan kebutuhan  yang  berdiferensiasi, yang  meliputi  tiga bidang  khusus: psikososial, akademis, dan perencanan  karier / hidup.
1.        Stategi  untuk  kebutuhan psikologi anak berbakat
Seperti  halnya dalam bidang kognitif, kebutuhan  psikososial anak  berbakat memerlukan  pengenalan  dan pemahaman  yang jelas  mengenai  ciri-ciri afektif  yang  membedahkan  anak berbakat  dari normsa.  Beserta  stategi  menghadapi  masing –masing  dari kebutuhan  tersebut  bagi pendidik dan orang tua  untuk dipertimbangkan  implementasinya dalam  pertemuan konseling .
2.      Strategi untuk kebutuhan  konseling  akademis
Siswa  berbakat  memerlukan  bantuan  dalam perencananan  akademis  mulai kelas  enam  SD , dan  secara ajeg  selama pendidikan  menengah . kebutuhan  utama  dalam bidang  ini  stategi berkenaan  dengan memehami  penerapan  subjek  akademis  dalam kehidupan  nyata;  mengembankan   stategi  metakognitif ;dan memahami  dan menilai pilihan dan kesempatan.
a.         Memahami  informasi  pengetasan / Asesmen
Meskipun  siswa berbakat  pada umumnya  mencapai  hasil  baik pada tes baku, sering mereka  tidak memahami  arti  dari hasil-hasil  tersebut. Program  konseiing  dapat membantu  siswa memahami bagaimana  hasil-hasil tes  dapat  ditaksir untuk  tujuan  perencanaan  akdemis.
b.         Penerapan Akademis  dalam kehidupan Nyata
Kesempatan  untuk mengalami  perluasan subjek  akademis  dalam  kehidupan  nyata  membuat  [roses  perencanaan  akademis  lebih  bermakna  bagi siswa  berbakat. Pengelaman  seperti  ini juga  member   pemahaman  bagi siswa  mengenai  kemungkinan  karier  di masa depan.  Pada  tingkat  SMP dan awal SMA  kesempatan  ii juga member  pengalaman  kaya bagi siswa  untuk mengambil  keputusan  tenteang  mata ajaran  pilihan. Dalam layanan  masyarakatan  sebagai  bagian  dari  persyaratan  untuk mata ajaran  tertentu  atau  sebagai kerja  sukarela  sesudah sekolah
c.         Program  mentor
Program  mentor  seperti  telah  dikemukakan  pengalaman  kepada siswa untuk  bekrja  dengan  tokoh  atau  pakar  dalam bidang  tertentu  secara  perorangan. Model  mentor  bermakna  tidak  sebagai  perencanan  akademi s  saja,  tetapi  juga  untuk melayani  kebutuhan  psikososial, karena mentor dapat  menjadi  model peranan  yang penting bagi  anak berbakat . mentor  juga  dapat member  bimbingan  dalam membuat   keputusan  tentang  pilihan  studi  dan karier.
Dengan  demikian  mentor berfungsi  sebagai  tutor  dan konselor , membantu  meningkatkan  pengetahuan  siswa dalam  bidang  tertentu;  ia juga membnatu  dan mendorong  siswa dalam  mempertimbangkan  berbagia tantngan  dan kesempatan.
d.        Keterampilan Mengorganisasi dan Mengelola
       Gagasan  dan saran mengenai bagaimana  belajar, mengatur  waktu,  dan kegiatan  lain  yang memerlukan keterampilan  organisasi dan menejmen , sangat  bermanfat  bagi siwa  berbakat,  terutama  setelah masuk pendidikan  menengah . konseling  akademis  perlu  memperhatikan  baidang  ini. Berikut  beberapa  saran  untuk  belajar  secara  efektif , yakni:
1.)           Buatlah  jadwal  belajar yang memuat  batas waktu  jangka  panang  dan jangka pendek . siapkan  jadwal  ini pada  tanggalan  bulanan , pantau  setiap minggu,  dan buatlah  daftar belajar  harian  sehubunggan  dengan  pekerjaan rumah, proyek   jangka  panjang,  dan seterusnya.
2.)           Sediakan  tempat belajar  di rumah  yang nyaman,  dengan b peralatan  belajar  yang  diperlukan  dan  penerangan  yang sesuai.
3.)           Bentuknya  kelompok  studi  atau  temukan  seorang  siswa  engan  minat  yang  mana  untuk  belajar  minimal  sekali  seminggu. Lakukan  Tanya  jawab( kuis )  dan tinjau  ulang bidang-bidang  utama  yang harus  dipelajari . peer tutoring membantu  membangun keterampilan  belajar.
4.)           Mintalah  bantuan untuk  bidang  yang  tida  dipahami. Sering siswa  berbakat  memerlukan  bantuan  untuk  mengupas  suatu  masalah  atau  suatu  proyek  khusus yang ditugaskan
5.)           Usahkan  untuk  belajar atau  bekerja pada  suatu  proyek  setiap hari  sedikit, jangan  menunda  sampai  saat terakhir . tugas-tugas di sekolah menengah sering terlalu  luas untuk  apat  diselesaikan dalam waktu  singkat.Bekerja  setiap  hari membangun displin diri yang perlu untuk kebiasaan belajar yang berhasil.
6.)           Jika tersedia alternative,pilihlah proyrek di luar  yang menarik, dan usahkan kreatif dalam memilih media untuk menyiapkan proyek tersebut.

e.         Memberi  informasi  mengenai pilihan  program  dan subjek
Aspek lain  yang penting dalam konseling  akademis  ialah memilih  siswa  dan keluargaanya  untuk  dapat menetukan  pilihan  yang  tepat , jika  siswa  berbakat  akan mengikuti  program  pengayaan, hal  itu harus  dibicarakan  dari awal sehingga siswa  dan orang tua  dapt  membuat rencana yang sesuai.

3.        Strategi  Untuk  Kebutuhan  Konseling  Karier
Tujuan  dari pendidikan  dan bimbingan  karier  ialah  member kesempatan  kepada siswa   untuk  a) menjajaki  alternative  karier  yang beragam , b)  mempertimbangkan  lebih  mendalam  sejumlah  alternative  yang sesuai  denagn minat  dan kemampuan  pribadi , c)  membuat keputusan  tentang  karier, dan  d)  mengembangkan  rencana  hidup  untuk mewujkan  keputusan  ini(Munandar, 2009).
Penampakan terhadap model karir yang tidak bias merupakan bidang kebutuhan lain dari anak berbakat. Beberapa prototip yang bermakna untuk menjadi bahan diskusi di dalam kelas ialah:
1.    Piliha berganda
2.    Minat sebagai karir atau kegemaran
3.    Mensintesiskan minat dalam berbagai bidang
4.    Pengalaman kehidupan nyata untuk  penjajakan bidang kariri
5.    Mencipta karir baru atau yang tidak rajim
6.    Menjajaki teman hidup untuk pemelihan karir
Kebutuhan konseling karir lain bagi anak berbakat adalah dalam bidang perencanaan hidup.  Karena  mereka memliki potensi  untuk mencapai prestasi dalam berbagai bidang,  mereka perlu memahami  bagaimana sebaiknya  membuat keputusan  pada berbagai  tahap perkembangan.  Kebanyakan remaja mengalami kesulitan  untuk” melihat masa depan “   diluar pendidikan di sekolah ,  oleh karena itu penting bagi mereka untuk mengkaji  berbagai model kehidupan. Anak perempuan  berbakat perlu mempertimbangkan  aternatif yang ada seputar kehidupan karier  dan keluarga  dan dalam urat  apa. Beberapa gagasan  yang dapat di implmentasikan  di sekolah sehubungan dengan masalah ini  ialah :
1.    Siswa di minta menulis makalah  tentang “ falsafah hidup” . kepercayaan dan nilai apakah  yang mereka anut mengalai kehidupan ?  bagaimana hal ini dapat di kaiatan  dengan penentuan  tujuan  untuk  masa dewasa?
2.    Siswa di minta mengembangkan lima tujuan untuk empat tahun yang akan, dan menyusun rencana tindakan untuk implimentasi.
3.    Gunakan tehnik pemecahan masalah secara kreatif untuk menangani beberapa dilemma dalam perencanaan kehidupa, seperti: bagaimana linda dapat memutuskan apakah ia akan memutuskan apakah ia akan menikah sesudah tamat pendidikan tinggi, atau mengembangkan karir dulu? Bagaimana iwan dapat memutuskan antara studi kedokteran atau tehnik?
4.    Siswa mempelajari kehidupan beberapa tokoh yang unggul dan dengan sengaja membuat rencana hidup. Factor-faktor apakah yang mempengaruhi mereka dalam berbagai tahap perkembangan?
5.    Siswa mewawancarai beberapa tokoh yang mereka kagumi, dengan yang menentukan. Kejadian apakah yang menurut mereka yang penting dan mengapa?


BAB III
PENUTUP
3.1         Simpulan
Bimbingan dan konseling anak berbakat kreatif merupakan suatu program yang tidak insidental dan tiba-tiba saja dilaksanakan namun perlu perencanaan, rancangan, pelaksanan program, ecaluasi, dan tindak lajut dalam pelaksanaanya. Dalam mengambangkan bakat seorang anak dibutuhkan juga faktor lingkungan guna mendukung perkembangannya karena siswa tidak hanya berinteraksi dengan personel di sekolah saja, namun dengan dunia luar juga ia melakukan interkasi itu perlu diketahui oleh dunia luar dan bagi dirinya pula. Berbagai fungsi dalam bimbingan dan konseling sangatlah bermanfaat bagi anak berbakat, terlebih jika sudah masuk pada tataran tindakan konseling anak berbakat.


DAFTAR PUSTAKA
Annisah Jamilah, Siti. 2012. Profil Prokrastinasi Akademik Siswa dan Implikasinya Bagi Program Bimbingan Akademik. (Skripsi) diterbitkan tersedia online di www.repository.upi.edu
Hardiyanti, Nita Qisthi. 2012. Program Pribadi Sosial Berdasarkan Identitas Interpersonal Peserta Didik. (Skripsi). Diterbitkan tersedia online di www.repository.upi.edu
Imaddudin, Aam. 2011. Program Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Komitmen Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. (Skripsi) diterbitkan tersedia online di www.repository.upi.edu
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta
Setriani, Diny. 2012. Perbandingan Penyesuaian Diri Antara Siswa Berbakat Akademik Di Kelas Akselerasi Dengan Kelas Reguler Dan Implikasinya Terhadap Program Bimbingan Dan Konseling: (Studi Komparatif terhadap Siswa Berbakat Akademik Kelas X dan XI SMAN 1 Sumedang Tahun Ajaran 2011/2012). (Skripsi) diterbitkan tersedia online di www.repository.upi.edu
Smith, Mardia Bin. 2012. Pengembangan Kreativitas. Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan dan Konseling
Susilawati. 2012. Program Bimbingan dan Konseling Untuk mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa SMP. (Skripsi). Diterbitkan tersedia online di www.repository.upi.edu
Suryana, Asep & Suryadi. 2012. Modul Bimbingan Konseling. Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama Islam RI